BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realitas
Pendidikan Islam saat ini telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah; pertama,
minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan
sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini
masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran
kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran
pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengasingkan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid.
Keempat, orientasi pendidikan Islam menitik beratkan pada pembentukan ‘abd
atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim
sebagai khalifah fi al-ardl. (Assegaf,
2004: 8-9).
Pendidikan
pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dari mulai lahir (sejak dari buaian), manusia senantiasa belajar dengan yang
terjadi di sekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia
tetap melakukan prakondisi-prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi,
dan inilah proses pembelajaran. Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai
pranata yang dapat dijalankan pada tiga fungsi
sekaligus; Pertama, menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di
masa depan. Kedua, mentransfer atau
memindahkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan, dan Ketiga, mentransfer
nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive)
masyarakat dan peradaban (Hasan Langgulung, 1980: 92).
Lebih
jauh daripada itu pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya
adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup
optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu
faktor yang sangat menunjang dalam proses pendidikan dan pengajaran adalah
kurikulum, karena kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab
berkaitan dengan arah, isi, proses pendidikan dan tujuan pendidikan pada semua
jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di suatu bangsa atau negara di
tentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. (http://zullihi.blogspot.com/2010/01/kurikulum-pendidikan-islam.html).
Berangkat
dari persoalan di atas, Hasan Langgulung (1979: 486-487) menyebutkan bahwa
kurikulum itu mempunyai empat unsur atau aspek utama, yaitu: pertama, tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai oleh kurikulum itu. Kedua, pengetahuan-pengetahuan,
data-data, kegiatan-kegiatan, dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk
kurikulum itu. Ketiga, metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti
dengan murid-murid untuk mendorong mereka belajar dan membawa mereka ke arah
yang dikehendaki dan tujuan yang telah direncanakan. Keempat, cara
penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses
pendidikan keseluruhannya dan menentukan sampai dimana kemajuan yang dapat
dicapai untuk mencapai tujuan-tujuan dan maksud-maksud yang telah direncanakan
bagi kurikulum dan bagi proses pendidikan keseluruhannya.
Berangkat
dari permasalahan di atas, Hasan Langgulung menganggap perlu adanya pembaruan
dan pengembangan kurikulum pada setiap saat karena pengembangan kurikulum
merupakan upaya konstruktif untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Di
samping memiliki posisi strategis dalam pengembangan pendidikan Islam,
pengembangan kurikulum berfungsi sebagai bahan pengambilan keputusan praktik
atau pelaksanaan sistem pendidikan, dan tidak kalah pentingnya pengembangan
kurikulum juga dimaksudkan sebagai upaya strategi pengembangan kebudayaan dan
peradaban Islam.
Adapun
materi yang dapat dimasukkan dalam pengembangan kurikulum meliputi tiga bagian
besar, yaitu: 1) Ilmu yang diwahyukan dari Al-Qur’an, sunnah, dan bahasa Arab.
2) Ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia, dan 3) Ilmu-ilmu alam seperti
fisika, biologi, astronomi, dan lain sebagainya. (Hasan Langgulung, 1986: 36)
Namun
demikian, pada intinya rancangan kurikulum harus membawa pada tujuan yang sama,
yaitu membentuk manusia yang beriman
dan beramal saleh. Sebab setiap pelajaran yang tidak membawa ke arah tujuan
tersebut akan kehilangan wujud kurikulum. (Hasan
Langgulung, 1986: 355).
Tulisan
ini difokuskan pada pemikiran kurikulum pendidikan Islam yang digagas oleh
Hasan Langgulung. Pemilihan Hasan Langgulung sebagai tokoh yang diangkat dalam
tulisan ini didasarkan atas kriteria tokoh yang dikemukakan oleh Furchan dan
Maimun, yaitu : pertama, berhasil di bidangnya; kedua, mempunyai karya-karya
monumental; ketiga, mempunyai pengaruh pada masyarakat; dan keempat,
ketokohannya diakui oleh masyarakat. Aktivitas dan keterlibatan Hasan Langgulung dalam organisasi pendidikan dan
pengajaran di berbagai negara Asia, Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa ia
berhasil mengembangkan bidang keahliannya, sekaligus bukti pengakuan masyarakat
atas ketokohannya. Hasan Langgulung juga memiliki karya-karya yang umumnya
menjadi salah satu rujukan utama bagi penulis maupun peneliti pendidikan Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa Hasan Langgulung adalah tokoh yang memiliki pengaruh cukup
kuat, khususnya di kalangan masyarakat pendidikan Islam (www.jurnalpendidikanislam.com).
Hal-hal itulah yang
mendorong penulis untuk mengkaji tentang konsep kurikulum pendidikan Islam menurut
Prof. Dr. Hasan Langgulung. Kapasitas intelektual Hasan Langgulung dalam bidang
pendidikan Islam menjadi alasan penulis untuk mengangkat pemikiran dan gagasan
pendidikannya. Ia dikenal sebagai figur yang memiliki integritas tinggi dalam
dunia pendidikan, baik berskala nasional maupun internasional. Ini dipertegas
dengan statement Azyumardi Azra
yang mengatakan bahwa Hasan
Langgulung adalah di antara pemikir yang paling menonjol dalam barisan pengkaji
pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini (Azyumardi Azra, 2000:
90).
B. Penegasan Istilah
Agar mempermudah
dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami penelitian Kami yang
berjudul: Konsep Kurikulum Pendidikan
Islam Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, maka perlu kiranya penulis
sertakan penegasan istilah dalam judul tersebut.
1.
Konsep
Konsep merupakan
suatu kenyataan empiris yang diabstraksikan, atau kesan mental, suatu
pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajad kekonggretan atau
abstraksi yang digunakan pikiran-pikiran abstraks, sedang menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995: 520)
adalah gambaran mental dari obyek, proses ataupun yang di luar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
2. Kurikulum
Hasan Langgulung mendefinisikannya seperti pendapat
Al-Syaibani, yang mengartikan kurikulum
sebagai “sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar
sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan.” (Hasan Langgulung,
1987: 303).
Sedangkan
menurut H. Horne yang dikutip oleh Arifin (1994: 85) kata “kurikulum” berasal
dari bahasa Latin, yaitu little rececurse (suatu jarak yang harus
ditempuh dalam pertandingan olahraga). Kemudian dialihkan dalam pengertian
pendidikan menjadi circle of instruction
yaitu suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Sejalan dengan itu menurut Abuddin Nata (1997: 123) kurikulum pada hakikatnya
adalah rancangan matapelajaran bagi suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu,
dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh
izajah.
3.
Pendidikan
Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001:263) pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.”
Hasan
Langgulung memberikan penjelasan mengenai makna pendidikan seperti yang
tercermin dalam kata ta’dib. Pertama, pemindahan nilai-nilai, budaya,
pengetahuan dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu generasi kepada
generasi berikutnya. Mengenai hal ini, Hasan Langgulung mengatakan: Pendidikan
dalam makna ini adalah proses pengajaran.
Lebih lanjut Hasan Langgulung
menyebutkan Pendidikan Islam ialah
pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi:
a. Menyiapkan
generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa
yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival)
masyarakat sendiri.
b.
Memindahkan
ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari
generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan
nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang
menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (Survival) suatu masyarakat
dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity)
d. Kesatuan
(integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak
akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan
kehancuran masyarakat itu sendiri.
Hasil seminar Pendidikan Islam
se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan:
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan,
melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.
Sedangkan menurut Drs.
Ahmad D.Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukukran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau
mengatakan kepribadian utama tersebut
dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki
nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
4.
Hasan
Langgulung
Hasan
Langgulung (bukan Hassan, rangkap s) dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan,
Indonesia, tanggal 16 Oktober 1934, dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah.
Nama Langgulung sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan
Makassar kepada bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih di banding
orang-orang Makassar pada umumnya. Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor
kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan
tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan
Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai
kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi.Pendidikan
dasar di selesaikannya di tempat kelahirannya, Rappang, Sulawesi Selatan. Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar, Langgulung melanjutkan studinya ke tingkat
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Islam di Makassar, tahun 1949-1952. Dengan
modal kemauan dan semangat yang besar, setelah menyelesaikan studinya di
Makassar, Langgulung berangkat ke Mesir. Pada tahun 1962, Langgulung berhasil
meraih gelar B.A dalam bidang Bahasa Arab dan Studi Keislaman dari Fakultas Dar
al ‘Ulum, Cairo University, Mesir. Setahun berikutnya (1963), ia memperoleh
gelar Diploma of Education (General) dari Ein Shams University, Cairo. Tahun
1964, memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher
Arab Studies, Arab Leage, Cairo. Tiga tahun berikutnya (1967) Langgulung
mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene dari Ein Shams
University, Cairo, dengan judul tesis Al-Murahiq al Indonesia : Ittijatuh wa
Darjat Tawafuq ‘Indahu. Setelah memperoleh gelar M.A dari Ein Shams University,
Cairo, Langgulung melanjutkan studinya ke University of Georgia, Amerika
Serikat dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang kreativitas manusia tahun 1971,
dengan judul disertasi A Cross Cultural Study of the Child Conception of
Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and United State. Selama
studi di Amerika, Langgulung banyak melakukan kegiatan keilmuan, baik sebagai
peneliti maupun pengajar, antara lain sebagai Asisten Peneliti pada University
of Georgia tahun 1968-1969, Asisten Peneliti pada Georgia Studies of Creative
Behavior tahun 1969-1970, Konsultan Psikologi pada Stanford Research Institute
Menlo Park, California tahun 1970, dan menjadi Asisten Pengajar pada University
of Georgia tahun 1970-1971. Berbagai aktivitas yang dilakukan Langgulung di
Amerika tersebut menunjukkan adanya pengakuan terhadap kapasitas keilmuan yang
dimilikinya. Bagaimanapun, Langgulung adalah “orang luar” yang masuk sebagai
pendatang di lingkungan University of Georgia.
Dari penegasan
istilah di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa pengertian Konsep Kurikulum
Pendidikan Islam adalah ide atau gagasan serangkaian kegiatan belajar mengajar
yang direncanakan dan diprogram secara terperinci bagi peserta didik di bawah
bimbingan sekolah, baik di luar maupun di dalam sekolah demi mencapai tujuan
yang diinginkan.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis
dapat merumuskan masalah tersebut menjadi: Bagaimana konsep
kurikulum pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
a. Untuk menemukan atau mengetahui pemikiran Prof. Dr. Hasan
Langgulung tentang konsep kurikulum pendidikan Islam.
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh konsep kurikulum
pendidikan Islam Hasan Langgulung terhadap pendidikan Indonesia.
2.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis, dapat semakin memperkaya khazanah
pemikiran Islam pada umumnya dan bagi civitas akademika Fakultas Agama Islam
jurusan Tarbiyah pada khususnya, selain itu dapat menjadi batu pijakan bagi
penelitian selanjutnya, sehingga proses pengkajian ataupun Penelitian secara
mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.
b. Secara Praktis, dapat bermanfaat bagi masyarakat secara
umum, sehingga mampu menumbuhkan kepedulian pendidikan pada umumnya dan
pendidikan Islam pada khususnya.
E. Kajian
Pustaka
Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara
sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu dan
ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan pengetahuan penulis, bahwa penelitian yang
membahas tentang konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung
belum diketemukan. Setidaknya penelitian sejenis pernah dilakukan oleh:
1. Zaenal
Arifin (UMS, 2003) dalam skripsinya yang berjudul ”Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Pendidikan Islam”. Dalam
skripsi tersebut dibahas pemikiran Ismail Raji yang menghendaki adanya
reformulasi terhadap kurikulum Pendidikan Islam yang mencerminkan dalam dua
belas langkah proses menuju Islamisasi ilmu pengetahuan setidaknya ada tiga
poin penting yang secara filosofis perlu dikemukakan dalam hubungannya dengan
tawaran untuk memperbaiki kualitas kurikulum pendidikan Islam. Pertama,
keharusan kaum muslimin menguasai khasanah Islam klasik yang selama ini lebih
dikenal dengan religious science. Kedua, keniscayaan umat Islam untuk
mencermati khasanah intelektual barat modern dengan cara menguasai dan menelaah
secara kritis mealui perspektif Qur’ani. Ketiga, berdasarkan pola khasanah tadi
selanjutnya komunitas muslim penting mengakomodasi kedua khasanah itu untuk
dilakukan sebuah sintesa kreatif, sehingga komunitas muslim tersebut
menampilkan bentuk disiplin pengajaran Islam yang utuh, terpadu dan tidak
dikotomis di bawah nilai-nilai tauhid.
2.
Muhammad
Hakim MN (UMS, 2004) dalam skripsinya yang berjudul ” Konsep Pendidikan Islam Menurut Abdullah Malik Fadjar”. Dalam
skripsinya diterangkan bahwa pemikiran Abdul Malik Fadjar tentang konsep
pendidikan Islam yang menjelaskan beberapa hal yang pokok yaitu:
1. pengertian pendidikan adalah proses humanisasi atau
pemanusian manusia. Maksudnya suatu psoses kependidikan dengan berorientasi
kepada pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, baik secara fisik-biologis
maupun ruhaniyah-psikologis
2. pendidikan agama mempunyai tujuan untuk membangkitkan
institusi agama dan kesiapan ruhaniah dalam mencapai pengalaman transendental.
3. Menurut Malik, peran pendidikan yang paling utama adalah
menanamkan rasa dan amalan hidup beragama bagi peserta didiknya.
4. fungsi utama pendidikan di sekolah adalah memberikan
landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan
perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi beragama yang kuat (pemeluk agama
yang taat)
5. Abdul Malik Fadjar memberikan suatu konsep sintesis
antara perguruan tinggi dengan pesantren yang ideal: menurutnya, ”yang
terpenting sintesis tersebut harus betul-betul mampu menggambarkan Intregasi Keilmuan. Karena itu, sintesis
tersebut hendaknya mampu melakukan dekontruksi terhadap realitas keilmuan yang
bersifat dualisme-dikotomis”.
3.
Surya Darma (2007) UMS, dalam skripsinya dengan judul ”Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural”,
menyimpulkan bahwa Abdul Munir Mulkhan berpandangan pada teologi pendidikan
Islam, kritik terhadap pendidikan Islam, kesalahan multikultural, humanisasi
pendidikan Islam, kearifan tradisional dalam pendidikan.
Dari penelitian yang pernah dilakukan tersebut diatas,
penulis tertarik untuk meneliti ” pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang
konsep Kurikulum Pendidikan Islam” dan dalam penelitian ini penulis memfokuskan
pada filsafat pendidikan Islam yang nantinya akan dipaparkan beberapa analisis
Prof. Dr. Hasan Langgulung dan sekaligus akan dipaparkan pula bagaimana penulis
mengamati dan menelusuri pemikirannya.
Dengan memperhatikan tinjauan kepustakaan
diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran tentang Konsep Kurikulum Pendidikan
Islam menurut Hasan Langgulung belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.
F. Metode Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan
(library research), karena penelitian
ini dilakukan untuk mencari, menganalisis membuat interpretasi, serta
generalisasi dari fakta-fakta, hasil pemikiran, dan ide-ide yang telah ditulis
oleh para pemikir dan ahli (M. Nazir,
1988 : 62). Dalam hal ini adalah pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang
Konsep Kurikulum Pendidikan Islam.
Apabila dilihat dari tempat di mana penelitian ini
dilakukan, maka penelitian ini tergabung ke dalam penelitian literatur. Dalam hal ini penulis mengacu
pada pendapat M. Arifin (1990 : 135) yang menyebutkan bahwa penelitian
literatur dimaksudkan sebagai studi kepustakaan (Library Research), karena penulis meneliti dan menggali datanya
dari bahan-bahan tertulis.
2.
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan historis-filosofis,
yang dimaksud dengan historis adalah proses yang meliputi pengumpulan dan
penafsiran gejala dan untuk memahami kenyataan sejarah bahkan untuk memahami
kenyataan situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang (Charis
dan Bakker, 1990: 67). Sedangkan pendekatan filosofis adalah menganalisis
sejauh mungkin pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang mendasari
pemikiran tersebut (Charis dan Bakker, 1990: 15).
3.
Metode
Pengumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian bibliografi,
maka pengumpulan datanya adalah metode dokumentasi, yaitu laporan
kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di
masa lampau (Nazi, 1985: 57). Adapun sumber data dalam
penelitian ini dibagi dua bagian yaitu:
a.
Sumber
Data Primer
Yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah
dokumen dan buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya Manusia dan Pendidikan suatu analisa Psikologi dan Pendidikan
terbitan Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1986, dalam buku tersebut membahas tentang
pengertian kurikulum, Kurikulum Pendidikan Islam. Buku yang kedua, Asas-Asas Pendidikan Islam terbitan
Pustaka Al-Husna, Jakarta 1988, dalam buku tersebut membahas tentang
tujuan-tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan, metodologi pengajaran,
evaluasi pendidikan. Dan buku ketiga, Falsafah Pendidikan Islam. Terbitan
Bulan Bintang, Jakarta 1979. Dalam buku tersebut membahas tentang ciri-ciri umum
bagi kurikulum pada pendidikan Islam, prinsip-prinsip kurikulum pendidikan
Islam, dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam, tujuan kurikulum pendidikan
Islam dan penjenisan kurikulum pendidikan Islam.
b.
Sumber
Data Sekunder
Yang menjadi pendukung dan pelengkap dalam
penelitian ini adalah referensi bacaan yang berkaitan dengan permasalahan.
Diantaranya Pendidikan Islam Dalam Abad
Ke 21 Edisi Revisi, karya Hasan Langgulung yang diterbitkan oleh PT.
Al-Husna Zikra Jakarta 2001. Peralihan
Paradigma Dalam Pendidikan Islam Dan Sains Sosial, karya Hasan Langgulung yang
diterbitkan oleh Gaya Pratama Jakarta, 2002. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,karya Dr. Oemar Hamalik yang
diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. Cet I. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Diterbitkan oleh PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Cet I. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Konsep Dan Implementasinya Dimadrasah.
Diterbitkan oleh Pilar Media, Yogyakarta, 2007. Cet I.
c.
Analisis
Data
Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Induktif,
yaitu berangkat dari visi dan gaya khusus yang berlaku bagi tokoh itu dipahami
dengan lebih baik pemikirannya, kemudian diambil kesimpulan ( Anton Bekker,
1992: 664).
b) Deduktif,
yaitu mengumpulkan, menelaah, dan meneliti data yang bersifat umum untuk
diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
c) Deskriptif, yaitu: penguraian secara teratur
seluruh konsepsi tokoh mengenai topik atau bahasan penelitian Prof. Dr. Hasan
Langgulung (Anton Bekker, 1994: 54).
d) Interpretasi
Dengan menggunakan metode
interpretasi ini, penulis berusaha mengungkapkan secara jelas arti dan makna
konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung, sehingga konsep ini
lebih mudah dipahami dan makna yang tersiratpun bisa ditangkap sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh Hasan Langgulung.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyajian dan memahami
skripsi yang penulis tulis, maka skripsi ini disusun berdasarkan sistematika
sebagai berikut.
Bab
I Pendahuluan, bab ini akan
membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat dari Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab
II Latar belakang sosial keagamaan dan
biografi Hasan Langgulung.
Bab III,
Konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung, akan membahas
tentang ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, prinsip-prinsip kurikulum Islam, dasar-dasar
kurikulum pendidikan Islam, tujuan kurikulum pendidikan Islam dan penjenisan
kurikulum pendidikan Islam. Pengertian pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan
Islam, materi pendidikan Islam, metode pengajaran, evaluasi pendidikan Islam.
Bab IV, Analisis Pemikiran Hasan Langgulung
Tentang Konsep Kurikulum Pendidikan Islam. Yaitu mengenai ciri-ciri kurikulum,
prinsip-prinsip kurikulum, dasar-dasar kurikulum, tujuan kurikulum dan
penjenisan kurikulum.
Bab
V Penutup, pada bab ini
akan memuat tentang: Kesimpulan, Saran, dan Kata Penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Pendidikan
Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000, Cet. II.
Jalaluddin, H. Teologi
Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. I.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung : Mizan, 1980.
Langgulung,
Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam,
Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003, terbit pertama tahun 1985.
________,
Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan
Islam, Bandung: PT.Al- Ma’arif, 1995, ditulis tahun 1979.
________, Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis
Psikologi dan Falsafah, Jakarta : Pustaka A-Husna, 1991.
________, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta
: Pustaka Al-Husna, 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar