Pages

Senin, 05 November 2012

konsep kurikulum pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Realitas Pendidikan Islam saat ini telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengasingkan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitik beratkan pada pembentukan ‘abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl. (Assegaf, 2004: 8-9).
Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari mulai lahir (sejak dari buaian), manusia senantiasa belajar dengan yang terjadi di sekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia tetap melakukan prakondisi-prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi, dan inilah proses pembelajaran. Pandangan klasik  tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat dijalankan pada tiga fungsi  sekaligus; Pertama, menyiapkan generasi muda  untuk memegang  peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di masa depan. Kedua,  mentransfer atau memindahkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang  diharapkan, dan Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban (Hasan Langgulung, 1980: 92).
Lebih jauh daripada itu pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu faktor yang sangat menunjang dalam proses pendidikan dan pengajaran adalah kurikulum, karena kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi, proses pendidikan dan tujuan pendidikan pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan di suatu bangsa atau negara di tentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa         atau negara tersebut. (http://zullihi.blogspot.com/2010/01/kurikulum-pendidikan-islam.html).
Berangkat dari persoalan di atas, Hasan Langgulung (1979: 486-487) menyebutkan bahwa kurikulum itu mempunyai empat unsur atau aspek utama, yaitu:  pertama, tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu. Kedua, pengetahuan-pengetahuan, data-data, kegiatan-kegiatan, dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Ketiga, metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti dengan murid-murid untuk mendorong mereka belajar dan membawa mereka ke arah yang dikehendaki dan tujuan yang telah direncanakan. Keempat, cara penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan keseluruhannya dan menentukan sampai dimana kemajuan yang dapat dicapai untuk mencapai tujuan-tujuan dan maksud-maksud yang telah direncanakan bagi kurikulum dan bagi proses pendidikan keseluruhannya.
Berangkat dari permasalahan di atas, Hasan Langgulung menganggap perlu adanya pembaruan dan pengembangan kurikulum pada setiap saat karena pengembangan kurikulum merupakan upaya konstruktif untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Di samping memiliki posisi strategis dalam pengembangan pendidikan Islam, pengembangan kurikulum berfungsi sebagai bahan pengambilan keputusan praktik atau pelaksanaan sistem pendidikan, dan tidak kalah pentingnya pengembangan kurikulum juga dimaksudkan sebagai upaya strategi pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
Adapun materi yang dapat dimasukkan dalam pengembangan kurikulum meliputi tiga bagian besar, yaitu: 1) Ilmu yang diwahyukan dari Al-Qur’an, sunnah, dan bahasa Arab. 2) Ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia, dan 3) Ilmu-ilmu alam seperti fisika, biologi, astronomi, dan lain sebagainya.     (Hasan Langgulung, 1986: 36) 
Namun demikian, pada intinya rancangan kurikulum harus membawa pada tujuan yang sama, yaitu membentuk manusia yang beriman dan beramal saleh. Sebab setiap pelajaran yang tidak membawa ke arah tujuan tersebut akan kehilangan wujud kurikulum. (Hasan Langgulung, 1986: 355).
Tulisan ini difokuskan pada pemikiran kurikulum pendidikan Islam yang digagas oleh Hasan Langgulung. Pemilihan Hasan Langgulung sebagai tokoh yang diangkat dalam tulisan ini didasarkan atas kriteria tokoh yang dikemukakan oleh Furchan dan Maimun, yaitu : pertama, berhasil di bidangnya; kedua, mempunyai karya-karya monumental; ketiga, mempunyai pengaruh pada masyarakat; dan keempat, ketokohannya diakui oleh masyarakat. Aktivitas dan keterlibatan Hasan  Langgulung dalam organisasi pendidikan dan pengajaran di berbagai negara Asia, Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa ia berhasil mengembangkan bidang keahliannya, sekaligus bukti pengakuan masyarakat atas ketokohannya. Hasan Langgulung juga memiliki karya-karya yang umumnya menjadi salah satu rujukan utama bagi penulis maupun peneliti pendidikan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Hasan Langgulung adalah tokoh yang memiliki pengaruh cukup kuat, khususnya di kalangan masyarakat pendidikan Islam (www.jurnalpendidikanislam.com).
Hal-hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji tentang konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Kapasitas intelektual Hasan Langgulung dalam bidang pendidikan Islam menjadi alasan penulis untuk mengangkat pemikiran dan gagasan pendidikannya. Ia dikenal sebagai figur yang memiliki integritas tinggi dalam dunia pendidikan, baik berskala nasional maupun internasional. Ini dipertegas dengan statement Azyumardi Azra  yang  mengatakan bahwa Hasan Langgulung adalah di antara pemikir yang paling menonjol dalam barisan pengkaji pemikiran dan teori kependidikan di Indonesia dewasa ini (Azyumardi Azra, 2000: 90).
B.  Penegasan Istilah
Agar mempermudah dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami penelitian Kami yang berjudul: Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, maka perlu kiranya penulis sertakan penegasan istilah dalam judul tersebut.
1.    Konsep
Konsep merupakan suatu kenyataan empiris yang diabstraksikan, atau kesan mental, suatu pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajad kekonggretan atau abstraksi yang digunakan pikiran-pikiran abstraks, sedang menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995: 520) adalah gambaran mental dari obyek, proses ataupun yang di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
2.    Kurikulum
Hasan Langgulung mendefinisikannya seperti pendapat Al-Syaibani,  yang mengartikan kurikulum sebagai “sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan  maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.” (Hasan Langgulung, 1987: 303).
Sedangkan menurut H. Horne yang dikutip oleh Arifin (1994: 85) kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin, yaitu  little rececurse (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga). Kemudian dialihkan dalam pengertian pendidikan menjadi circle of instruction yaitu suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya. Sejalan dengan itu menurut Abuddin Nata (1997: 123) kurikulum pada hakikatnya adalah rancangan matapelajaran bagi suatu kegiatan jenjang pendidikan tertentu, dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan lulus dan berhak memperoleh izajah.
3.    Pendidikan Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:263) pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.”
Hasan Langgulung memberikan penjelasan mengenai makna pendidikan seperti yang tercermin dalam kata ta’dib. Pertama, pemindahan nilai-nilai, budaya, pengetahuan dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Mengenai hal ini, Hasan Langgulung mengatakan: Pendidikan dalam makna ini adalah proses pengajaran.
Lebih lanjut Hasan Langgulung menyebutkan  Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi:
a.  Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
b.    Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (Survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity)
d. Kesatuan (integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.   
Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan:
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.
Sedangkan menurut Drs. Ahmad D.Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukukran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan  kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
 
4.    Hasan Langgulung
Hasan Langgulung (bukan Hassan, rangkap s) dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia, tanggal 16 Oktober 1934, dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah. Nama Langgulung sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan Makassar kepada bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih di banding orang-orang Makassar pada umumnya. Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi.Pendidikan dasar di selesaikannya di tempat kelahirannya, Rappang, Sulawesi Selatan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Langgulung melanjutkan studinya ke tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Islam di Makassar, tahun 1949-1952. Dengan modal kemauan dan semangat yang besar, setelah menyelesaikan studinya di Makassar, Langgulung berangkat ke Mesir. Pada tahun 1962, Langgulung berhasil meraih gelar B.A dalam bidang Bahasa Arab dan Studi Keislaman dari Fakultas Dar al ‘Ulum, Cairo University, Mesir. Setahun berikutnya (1963), ia memperoleh gelar Diploma of Education (General) dari Ein Shams University, Cairo. Tahun 1964, memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab Leage, Cairo. Tiga tahun berikutnya (1967) Langgulung mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene dari Ein Shams University, Cairo, dengan judul tesis Al-Murahiq al Indonesia : Ittijatuh wa Darjat Tawafuq ‘Indahu. Setelah memperoleh gelar M.A dari Ein Shams University, Cairo, Langgulung melanjutkan studinya ke University of Georgia, Amerika Serikat dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang kreativitas manusia tahun 1971, dengan judul disertasi A Cross Cultural Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and United State. Selama studi di Amerika, Langgulung banyak melakukan kegiatan keilmuan, baik sebagai peneliti maupun pengajar, antara lain sebagai Asisten Peneliti pada University of Georgia tahun 1968-1969, Asisten Peneliti pada Georgia Studies of Creative Behavior tahun 1969-1970, Konsultan Psikologi pada Stanford Research Institute Menlo Park, California tahun 1970, dan menjadi Asisten Pengajar pada University of Georgia tahun 1970-1971. Berbagai aktivitas yang dilakukan Langgulung di Amerika tersebut menunjukkan adanya pengakuan terhadap kapasitas keilmuan yang dimilikinya. Bagaimanapun, Langgulung adalah “orang luar” yang masuk sebagai pendatang di lingkungan University of Georgia.
Dari penegasan istilah di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa pengertian Konsep Kurikulum Pendidikan Islam adalah ide atau gagasan serangkaian kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan diprogram secara terperinci bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di luar maupun di dalam sekolah demi mencapai tujuan yang diinginkan. 

C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah tersebut menjadi: Bagaimana konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung?
D.   Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
a. Untuk menemukan atau mengetahui pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang konsep kurikulum pendidikan Islam.
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh konsep kurikulum pendidikan Islam Hasan Langgulung terhadap pendidikan Indonesia.  
2.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a.  Secara Teoritis, dapat semakin memperkaya khazanah pemikiran Islam pada umumnya dan bagi civitas akademika Fakultas Agama Islam jurusan Tarbiyah pada khususnya, selain itu dapat menjadi batu pijakan bagi penelitian selanjutnya, sehingga proses pengkajian ataupun Penelitian secara mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.
b.  Secara Praktis, dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum, sehingga mampu menumbuhkan kepedulian pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya.

E.  Kajian Pustaka
Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan pengetahuan penulis, bahwa penelitian yang membahas tentang konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung belum diketemukan. Setidaknya penelitian sejenis pernah dilakukan oleh:
1. Zaenal Arifin (UMS, 2003) dalam skripsinya yang berjudul ”Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi Tentang Pendidikan Islam”. Dalam skripsi tersebut dibahas pemikiran Ismail Raji yang menghendaki adanya reformulasi terhadap kurikulum Pendidikan Islam yang mencerminkan dalam dua belas langkah proses menuju Islamisasi ilmu pengetahuan setidaknya ada tiga poin penting yang secara filosofis perlu dikemukakan dalam hubungannya dengan tawaran untuk memperbaiki kualitas kurikulum pendidikan Islam. Pertama, keharusan kaum muslimin menguasai khasanah Islam klasik yang selama ini lebih dikenal dengan religious science. Kedua, keniscayaan umat Islam untuk mencermati khasanah intelektual barat modern dengan cara menguasai dan menelaah secara kritis mealui perspektif Qur’ani. Ketiga, berdasarkan pola khasanah tadi selanjutnya komunitas muslim penting mengakomodasi kedua khasanah itu untuk dilakukan sebuah sintesa kreatif, sehingga komunitas muslim tersebut menampilkan bentuk disiplin pengajaran Islam yang utuh, terpadu dan tidak dikotomis di bawah nilai-nilai tauhid.
2.    Muhammad Hakim MN (UMS, 2004) dalam skripsinya yang berjudul ” Konsep Pendidikan Islam Menurut Abdullah Malik Fadjar”. Dalam skripsinya diterangkan bahwa pemikiran Abdul Malik Fadjar tentang konsep pendidikan Islam yang menjelaskan beberapa hal yang pokok yaitu:
1. pengertian pendidikan adalah proses humanisasi atau pemanusian manusia. Maksudnya suatu psoses kependidikan dengan berorientasi kepada pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, baik secara fisik-biologis maupun ruhaniyah-psikologis
2.    pendidikan agama mempunyai tujuan untuk membangkitkan institusi agama dan kesiapan ruhaniah dalam mencapai pengalaman transendental.
3.    Menurut Malik, peran pendidikan yang paling utama adalah menanamkan rasa dan amalan hidup   beragama bagi peserta didiknya.
4. fungsi utama pendidikan di sekolah adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi beragama yang kuat (pemeluk agama yang taat)
5.    Abdul Malik Fadjar memberikan suatu konsep sintesis antara perguruan tinggi dengan pesantren yang ideal: menurutnya, ”yang terpenting sintesis tersebut harus betul-betul mampu menggambarkan Intregasi Keilmuan. Karena itu, sintesis tersebut hendaknya mampu melakukan dekontruksi terhadap realitas keilmuan yang bersifat dualisme-dikotomis”.
3.    Surya Darma (2007) UMS, dalam skripsinya dengan judul ”Pemikiran Abdul Munir Mulkhan Tentang Pendidikan Multikultural”, menyimpulkan bahwa Abdul Munir Mulkhan berpandangan pada teologi pendidikan Islam, kritik terhadap pendidikan Islam, kesalahan multikultural, humanisasi pendidikan Islam, kearifan tradisional dalam pendidikan.
Dari penelitian yang pernah dilakukan tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti ” pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang konsep Kurikulum Pendidikan Islam” dan dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada filsafat pendidikan Islam yang nantinya akan dipaparkan beberapa analisis Prof. Dr. Hasan Langgulung dan sekaligus akan dipaparkan pula bagaimana penulis mengamati dan menelusuri pemikirannya.
Dengan memperhatikan tinjauan kepustakaan diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran tentang Konsep Kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung belum diteliti oleh peneliti sebelumnya. 
F.   Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research), karena penelitian ini dilakukan untuk mencari, menganalisis membuat interpretasi, serta generalisasi dari fakta-fakta, hasil pemikiran, dan ide-ide yang telah ditulis oleh para pemikir dan ahli  (M. Nazir, 1988 : 62). Dalam hal ini adalah pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang Konsep Kurikulum Pendidikan Islam.
Apabila dilihat dari tempat di mana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini tergabung ke dalam penelitian literatur. Dalam hal ini penulis mengacu pada pendapat M. Arifin (1990 : 135) yang menyebutkan bahwa penelitian literatur dimaksudkan sebagai studi kepustakaan (Library Research), karena penulis meneliti dan menggali datanya dari bahan-bahan tertulis.
2.    Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis-filosofis, yang dimaksud dengan historis adalah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala dan untuk memahami kenyataan sejarah bahkan untuk memahami kenyataan situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang (Charis dan Bakker, 1990: 67). Sedangkan pendekatan filosofis adalah menganalisis sejauh mungkin pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang mendasari pemikiran tersebut (Charis dan Bakker, 1990: 15).
3.    Metode Pengumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian bibliografi, maka pengumpulan datanya adalah metode dokumentasi, yaitu laporan kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa lampau (Nazi, 1985: 57). Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi dua bagian yaitu:
a.    Sumber Data Primer
Yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah dokumen dan buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya Manusia dan Pendidikan suatu analisa Psikologi dan Pendidikan terbitan Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1986, dalam buku tersebut membahas tentang pengertian kurikulum, Kurikulum Pendidikan Islam. Buku yang kedua, Asas-Asas Pendidikan Islam  terbitan Pustaka Al-Husna, Jakarta 1988, dalam buku tersebut membahas tentang tujuan-tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan, metodologi pengajaran, evaluasi pendidikan. Dan buku ketiga, Falsafah Pendidikan Islam. Terbitan Bulan Bintang, Jakarta 1979. Dalam buku tersebut membahas tentang ciri-ciri umum bagi kurikulum pada pendidikan Islam, prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam, dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam, tujuan kurikulum pendidikan Islam dan penjenisan kurikulum pendidikan Islam.
b.    Sumber Data Sekunder
Yang menjadi pendukung dan pelengkap dalam penelitian ini adalah referensi bacaan yang berkaitan dengan permasalahan. Diantaranya Pendidikan Islam Dalam Abad Ke 21 Edisi Revisi, karya Hasan Langgulung yang diterbitkan oleh PT. Al-Husna Zikra Jakarta 2001. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam Dan Sains Sosial, karya Hasan Langgulung yang diterbitkan oleh Gaya Pratama Jakarta, 2002. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,karya Dr. Oemar Hamalik yang diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. Cet I. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Cet I. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Konsep Dan Implementasinya Dimadrasah. Diterbitkan oleh Pilar Media, Yogyakarta, 2007. Cet I.
c.    Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a)    Induktif, yaitu berangkat dari visi dan gaya khusus yang berlaku bagi tokoh itu dipahami dengan lebih baik pemikirannya, kemudian diambil kesimpulan ( Anton Bekker, 1992: 664).
b)   Deduktif, yaitu mengumpulkan, menelaah, dan meneliti data yang bersifat umum untuk diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
c)    Deskriptif, yaitu: penguraian secara teratur seluruh konsepsi tokoh mengenai topik atau bahasan penelitian Prof. Dr. Hasan Langgulung  (Anton Bekker, 1994: 54).
d)   Interpretasi
Dengan menggunakan metode interpretasi ini, penulis berusaha mengungkapkan secara jelas arti dan makna konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung, sehingga konsep ini lebih mudah dipahami dan makna yang tersiratpun bisa ditangkap sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Hasan Langgulung. 

G.  Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyajian dan memahami skripsi yang penulis tulis, maka skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, bab ini akan membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat dari Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Latar belakang sosial keagamaan dan biografi Hasan Langgulung.
Bab III, Konsep kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung, akan membahas tentang ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, prinsip-prinsip kurikulum Islam, dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam, tujuan kurikulum pendidikan Islam dan penjenisan kurikulum pendidikan Islam. Pengertian pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, metode pengajaran, evaluasi pendidikan Islam.
 Bab IV, Analisis Pemikiran Hasan Langgulung Tentang Konsep Kurikulum Pendidikan Islam. Yaitu mengenai ciri-ciri kurikulum, prinsip-prinsip kurikulum, dasar-dasar kurikulum, tujuan kurikulum dan penjenisan kurikulum.
Bab V Penutup, pada bab ini akan memuat tentang: Kesimpulan, Saran, dan Kata Penutup.

DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju  Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000, Cet. II.
Jalaluddin, H. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. I.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Mizan, 1980.
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003, terbit pertama tahun 1985.
________, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: PT.Al- Ma’arif, 1995, ditulis tahun 1979.
________, Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah, Jakarta : Pustaka A-Husna, 1991.
________, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1985.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text